Halaman

Jumat, 14 Juni 2013

Sygnomi

Bibir merah ini mulai merapal doa,
Doa agar bisa menghilang dalam sekejap,
Doa agar degup jantung tak menggebu,
Doa agar segala doa tentangmu terkabul.

Mata ini berjalan ke sana, kemari,
Menjelajah ruang demi mencarimu,
Menjelajah sudut demi mencari pelampiasan,
Menjelajah bangku di belakangmu agar punya alasan.

Pembicara percuma terus berkicau, materinya tak sampai,
Pembicara percuma berdiri, tubuhnya kalah magis denganmu,
Pembicara percuma datang, kehadirannya tak gubris perhatianku.

Kisah itu datang lagi,
Lirik itu bertandang lagi,
Pada tirai terakhir, mata kita saling sapu dalam pencurian,
Kemudian tatapan itu lari tunggang langgang seakan terpergoki melakukan kriminalitas.

Matamu, kriminil,
Buat segala yang ada padaku lumpuh kemudian mati.
Matamu, kriminil,
Buat diriku jatuh dan tergilas.
Hatimu yang berkabut, kriminil,
Buat harap yang akhirnya mati sia-sia ditikam ketidakjelasanmu.

Bisakah kita kembali pada pencurian itu?
Bisakah kita lebih saling menerima dan diam?
Diam pada pencurian.
Rela untuk kemudian mendekam pada penjara bahagia.

Kepada kacamata di seberang ruang,

Dari mata genit tanpa pakaian yang menyesal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar