Mata itu berkedip sekejap, bahkan lebih cepat
daripada kecepatan cahaya,
Gerakan sekecil hempasan napas pun dapat buat
radarku menyala,
Tubuhku menegang,
Bola mataku membulat,
Jantung ini berdebar secepat kilat.
Tapi, bukankah semuanya butuh proses?
Tak ada benih yang tumbuh dalam waktu semalam,
Jika ada, mungkin hari berikutnya ia mati pada
tanah.
Barang kali sudah ditakdirkan,
Tapi apakah Tuhan memang gemar memanjakan hamba-Nya
dengan gendongan takdir baik?
Kurasa bukan itu.
Sadarlah hai imajiner,
Ini semua terlalu cepat,
Jangan buka mata, tutuplah untuk setidaknya melihat
ke dalam dirimu lebih dalam
Tenggelamlah di sana,
Jangan melawan.
Sadarilah, segalanya terlalu cepat.
Terlalu premature.
Mata
yang melihat dalam gelap,
Pada
tengah malam penuh imajinasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar