Malam pertemuan
kembali. Kata mereka ini reuni dan pasti seru. Aku sengaja datang duluan. Ingin
menapaki kisah yang dulu sempat kusentuhkan pada dinding-dinding retak. Semoga saja
tak ada yang datang sebelumku.
Saat sedang
asyik berkeliling, kulihat ada yang mengusik di lantai atas. Seperti memandang
cakrawala, mencari ujung yang menyala, padahal senja belum juga pulang. Aku tak
begitu ingat wajahnya, namun terasa sangat lekat seperti ada yang pernah. Namun
aku kembali berkeliling dan mengenyahkannya saja.
Di sana
kulihat sosok itu duduk di tepi bak tanaman, di lapangan yang sepi. Kunyalakan nyali
dan duduk di sisinya. Saat itu juga kukenali debar yang sama seperti dahulu. Ingin
yang sama untuk terus berinteraksi namun karena entah, jadi kuenggan.
Aku takjub.
Melihatmu kembali di sana. Membawaku kembali ke masa.
Saat segalanya
masih begitu luhur dan jujur, kita pernah sedekat tanah dengan daun yang gugur.
Saat aku selalu menyiapkan penghapus putih itu untuk terus-terusan kaupinjam
dan kauhilangkan hampir setiap hari. Saat kutunggu hadirmu di hadapanku untuk
menghadang dan meminta uang jajan.
Pada masa
itu, aku gemar duduk di depan kelas. Aku malas jika diajak bermain lompat tali
atau petak umpat bersama teman-teman perempuan lain. Aku hanya ingin duduk di
sana, dan melihatmu menendang bola di bawah terik matahari. Menyulap khawatir
menjadi tawa saat melihatmu terjatuh.
Dan waktu
itu adalah di mana aku ingin sekali bel masuk segera berbunyi. Saat guru
meminta kita mencatat. Saat kau membuat kesalahan pada buku catatan dan
beranjak dari kursimu menuju kursiku. Meminjam, lalu menghilangkannya. Oh sudah
kusebut di atas, ya?
Kini kau
duduk di sisiku. Pada masa di mana segalanya telah berubah. Di mana kita
sama-sama tahu bahwa apa yang pernah, biarlah menjadi apa yang pernah. Tak akan
pernah ada artinya, sampai dunia remuk seperti semestinya.
Sampai ramai.
Sampai usai.
Di kursi
tengah, kusisipkan doa yang hanya
sebongkah.
Kusisipkan
tanya meski mungkin jawabannya kelak hanyalah hanya.
Kepadamu
yang selalu mengambil lalu menghilangkan,
Dari
yang tak berharap dikembalikan, karena hanya ingin bertatapan.