Halaman

Minggu, 19 Februari 2012

Kembalilah


Entah apa yang tengah diberitakan malam kepadaku. Entah apa yang sedang dihempaskan angin kepadaku. Dan entah apa yang tengah diceritakan bintang kepadaku. Malam ini, aku masih termenung pada kursi rotan di balkon kamarku. Dan masih sama pada malam-malam sebelum ini, aku masih merindu.
Masih merindu ribuan malam yang kulewati bersamamu. Ribuan detik, menit, dan jam yang dulu pernah kita sama-sama hempaskan. Ribuan hari yang pernah sama-sama kita habiskan. Dan ribuan langkah kaki yang pernah sama-sama kita hentakkan. Masih ingat?
Aku masih sangat ingat. Mungkin itu sebab dari segala akibat. Alasan dari segala kejadian. Dan mungkin mengapa aku masih betah terpaku, dipermainkan, dipermalukan mereka, di sini. Di bangku rotan, di balkon, dan di malam-malam yang berbeda namun sama. Mungkin itulah mengapa aku masih sangat merindumu.
Entah sudah berapa banyak senja yang ingin kuulang. Entah sudah berapa banyak rindu yang ingin kusampaikan. Entah sudah berapa banyak malam berbintang yang ingin sekali kulalui di sisimu. Entah juga sudah berapa banyak airmata yang mengaliri wajahku, mengering, dan kembali basah layaknya musim hujan menerpa kekeringan.
Cepatlah kembali. Agar tangis ini segera selesai. Agar penantian ini segera berhenti. Agar semua airmata ini memiliki arti.