S: kamu pikir, bertahan untuk tak
pernah memelukmu adalah hal yang mudah?
N: aku pikir itu bukan hal yang harus
kamu tahan, tapi yang harus kamu penuhi
S: aku mencintaimu sepenuh hati, sudah
pasti aku ingin bisa memelukmu, untuk memenuhiku
N: memeluk bukan simbol menjaga. Ya
setidaknya jika mencintai yang kamu maksud tadi ya begitu
S: entah sudah yang keberapa kalinya,
tapi aku begitu jatuh hati pada caramu membaca pikiranku
N: aku bukan kamu yang masih bertanya
apakah barusan hujan saat melihat jalanan basah
S: Nivida, ayolah kamu selalu tahu
maksudku
N: Samudera, aku gak suka basa-basi.
Cukup deh
S: tapi toh seberapapun aku sering
berbasa-basi, kamu tetap gak lepas mencintaiku, kan?
N: gimana bisa aku berhenti mencintai
kamu hanya karena basa-basi gak penting? Kamu tahu betul bukan itu poinnya
S: oke. Aku, hanya ingin memelukmu,
sekaliii saja. Ingin merasakan kehidupanku dalam degup jantungmu
N: Samudera, sudah berkali-kali
kukatakan, seberapapun banyaknya aku jatuh hati padamu, aku bukan hidupmu.
S: dengar, jika Rosario milikku yang
menjadi pemisah kita, aku bosan membahas ini, Nivida. Tak ada jalan keluar yang
bisa kita tempuh. Setidaknya jalan keluar yang bisa kita lalui bersama sambil
berpegang pada rantai yang sama
N: maka, aku bukanlah kehidupanmu. Di
sini, di dadaku. Degup jantungku telah berjanji untuk selalu mendegupkan nama
Allah setiap saat. Bukan kita. Bukan kamu. Bukan aku. Bahkan kehidupan ini juga
bukan milikku, Samudera
S: lalu sekarang beri aku satu alasan
kenapa kamu masih di sini, menenggelamkanku di matamu, mencintaiku dengan
penuh, dan tak membiarkanku pergi
N: aku tak punya. Maaf
S: jika kelak memperistrimu adalah
sebuah dosa besar, maka aku adalah manusia pertama dan terlama yang akan masuk
Neraka Tuhan. Bahkan kuyakin Tuhan tak mau menebuskan dosaku yang ini
N: maka jangan. Jika aku membuatmu
melupakan Tuhanmu, maka aku bukanlah yang baik untukmu
S: lalu sekarang apa?
N: baiknya kita berpisah. Keluar
melalui jalan yang beda. Jika kelak kita bertemu dengan rantai yang sama di
tangan kita, maka aku berjanji akan menerima pinanganmu
S: kelak? Tapi bagaimana jika kamu
telah menikah?
N: maka kamu harus cukup tahu diri
untuk tak menagih janjiku
S: sialan! Aku masih terlalu
mencintaimu, Nivida
N: Samudera, berhenti
S: maaf. Aku gak sekuat kamu, yang
bisa selalu menahan hasrat mencintaiku atau sekadar membohongi diri sendiri
bahwa kamu tak ingin memelukku. Kutahu betul itu
N: belum ke Gereja?
S: kamu aja belum sholat Zuhur
N: hey, aku sedang datang bulan
S: oke. Aku ke Gereja sekarang. Tapi janji,
selepas aku pulang beribadah, kamu akan angkat telponku?
N: iya!