Halaman

Sabtu, 26 September 2015

Kita yang Tidak

Mungkin aku hanya perempuan entah siapa yang buatmu rela pergi ke minimarket untuk beli pembalut.
Mungkin aku hanya perempuan entah siapa yang buatmu rela berbohong bahwa rumah kita searah padahal rumahku di Timur, rumahmu di Barat.
Mungkin aku hanya perempuan entah siapa yang buatmu rela bangun pagi demi menerjang macet Jakarta yang aduhai.
Mungkin, Kasih, aku hanya perempuan entah siapa yang rela buatmu nyalakan keran di pagi buta agar tampak tampan.

Ini klasik, Kasih.
Kisah yang didamba siapa saja.
Kisah yang dikhayalkan pada jeda di setiap hari.
Kisah yang diindahkan sebelum otak belum betul-betul lelah lalu lelap.

Kau tak akan pernah paham betapa aku ingin.
Kau tak akan pernah padam dari berapa yang kuhitung sampai malam mendingin.
Kasih, kau tidak akan pernah paham.
Bahwa sampai kapanpun, kau tak akan pernah padam.

Meski kau rela carikan pembalut sampai ke Kutub,
Namun aku tak berhasil buatmu rela cairkan hati sampai Kutub tutup.
Meski kau rela searahkan rumah kita,
Namun aku tak berhasil buatmu searahkan hati kita.

Mungkin aku memang perempuan entah siapa dari mana yang berhasil buatmu berjuang begini dan begitu di padatnya lalu lintas yang menyebalkan.
Namun, agaknya, Kasih, aku tak berhasil buatmu berjuang terlepas dari Rosariomu.

Kepada, dada yang berkalung Rosario.
Dari, dada yang berkalung kerudung.


2 komentar:

  1. haha..Nicaaaa...!!!

    Kasihan banget sih, kasih!
    Tega banget kamu membiarkan dia berjuang sendiri...
    Apa karena sudah ada seseorang yang mengisi hatimu?

    Siapa?

    Kapas, ya?
    wkwkwkwk :') :p

    BalasHapus