: mon
Kasih, senja meleleh lagi
melelahkan.
Aku lelah terlalu sering
jatuh tanpa tahu bagaimana itu bangun.
Malam bergulir menuju
kaki bukit.
Undakannya cukup tinggi,
meski aku telah bangkit, rasanya masih selalu kurang sedikit.
Malam berpekat menyamarkan
sekat, meski kusadar itu besar.
Oleh dia yang terpekur di
kaki langit, aku mendongengkan kisah kita, meski tak seberapa.
Nanti pagi, kuharap ia
akan bangun dan menyampaikannya padamu.
Salam dariku, bahwa aku
merindu. Apa dia menyampaikannya?
Ilalang di halaman
belakang sudah rindu kaujamah.
Esok ingin kunikmati
bersamamu merebahkan pundak, meredakan amarah yang bergejolak.
Untuk yang kesekian
kalinya, Kasih, aku rindu...
Rasa yang entah
bagaimana, menyakitkan. Meski begitu, aku tetap ingin mendidiknya dengan jarak.
Kepada kamu yang tahu dirimu sendiri. Jika
bertanya untuk siapa kumenuliskan rindu, ejalah setiap huruf depan dan baca ke
bawah, Monsieur...
cerdas ....
BalasHapusbaru tau?
BalasHapus