Halaman

Senin, 21 Mei 2012

Mimpi


Terkadang, ada hal-hal yang hanya akan berakhir pada kepala seorang pemimpi, merongsok.
Banyak mimpi yang hanya bisa dimimpikan, dikhayal, dijadikan penyungging senyum sejati.
Ada mata yang selalu ingin menutup, karena di sana, ia justru menemukan kehidupannya.
Hati yang tak pernah lelah berharap, berdoa, meratap, hanya untuk sebuah mimpi.
Diri yang tak pernah bisa diam, gelisah, ternyata hanya hal kecil yang terpikir, namun penting.
Meyakini hal kecil, mengharapkan ia menjadi besar. Masih waraskah otaknya?
Doa seakan menjadi pengembang harapan-harapan kecil itu.
Ada yang menguatkan, seperti senja. Ada yang menghamburkan, seperti hujan.
Belajar berjalan lebih lambat dan penuh kehati-hatian artinya menjadikan masa lalu sebagai guru terbaik.
Memaafkan masa lalu, berarti bisa melihat langit khayalan lebih jernih untuk masa depan.
Bermimpi tak pernah salah, menjadikannya airmata sebelum semua tenaga terkuras habis sudah tentu salah.
Pada mata seorang pemimpi, ada jutaan keyakinan yang menguatkan, ada butiran keperkasaan yang mengalir saat semua menghilang tanpa jejak, pun ada banyak kisah penantian dan keteguhan.

"Teruslah bermimpi. Takkan ada kerja keras tanpa mimpi, pun mimpi hanyalah mimpi jika gak ada kerja keras" 2 (Donny Dhirgantoro)

Kamis, 17 Mei 2012

Sahabatttt Ya Ya Ya


Halo Ucid~
Sahabat yang tak terkalahkan oleh jarak, dan yang selalu ada saat keadaan apapun hadir.
Boleh jujur? Ingin berterimakasih pada Ormuzd dan masa-masa sulit yang hadir beberapa tahun silam. Semenjak itu, semuanya menjadi tak terkira. Memang, kita tak pernah bertemu secara langsung lantas bertukar kisah dan tawa, tapi toh kamu hafal betul bagaimana diriku.
Seberapapun sinisnya aku, hanya kecap manis serta sedikit rasa cabai yang merekat di sana, yang kamu rasakan. Bukan begitu?
Terimakasih telah selalu menjadi hati dan telinga untukku. Telah selalu menenangkan dan menyadarkanku. Pun telah selalu mengundang gelak tawa lewat percakapan tak keruan di sms atau di ym. Semuanya sungguh tak terkira. Menghibur dan mengagetkan.
Aku tahu aku orang paling cerewet dan menyebalkan. Tak bisa berhenti cerita sampai hal paling tak penting. Berhenti berarti aku mulai merasa tak enak akan sikapku padamu. Tapi kutau, kau selalu menyediakan mata, telinga, dan hati untuk cerita-cerita dan celotehan konyolku. Terimakasih ya.
Semua ini kembali dimulai saat aku tetiba jatuh hati pada sahabatmu nan jauh di sana. Seiring berjalannya penolakkan, waktu membiasakanku untuk maju terus. Maju terus pantang mundur untuk melupakannya. Berhenti pada persoalannya, kuharap kita masih bisa terus terus dan terus menjadi sahabat tanpa ada jarak atau kesengganan menghalangi.
Belum ada orang yang bukan hanya mau diganggu siang malam, tapi juga menembakku salah jika aku memang salah. Terimakasih untuk selalu menjadi sahabat yang jujur, tanpa sedikitpun celah membelaku jika aku memang salah. Itu kan yang orang butuhkan? Alarm dalam bentuk otomatis.
Pesanku, jangan pernah berubah dalam menyadarkanku, selalu siap akan telinga, mata, dan hatimu yang akan terus kubanjiri dengan kisah-kisah konyol dan keegoisanku, dan jangan ragu untuk menjadikanku tempat berkisah, apapun itu, aku pasti siap!

Biasanya terselipkan closing poet, tapi kali ini gue cuma ngasih closing statement:
Sahabat bukan yang selalu bilang, “Oh iya he eh bener lo” tapi yang bisa dengan berani bilang, “Gak lah, lo juga salah kalo kayak gitu”
Sahabat bukan yang selalu ada di saat susah aja. Tapi juga yang selalu menjadi sebab akan tawa serta airmata yang mengering
Sahabat gak terpikir menghubungi saat lagi sempat aja, tapi kapanpun, saat ada cerita baru, pasti terbersit, “Well, gue mesti cerita sama dia nih!”
Sahabat bukan yang cuma sedia punggung untuk nangis, tapi juga yang sedia payung sebelum hujan. If you know what I mean
Sahabat juga bukan yang selalu mau didengar, tapi juga yang mau selalu mendengar
Sahabat gak cerita tentang kualitas dirinya sendiri secara lisan, tapi dia bisa diam saat mendengarkan sambil bercerita betapa berkualitas dirinya sebagai seorang pendengar, sebagai seorang sahabat. – Adimas Immanuel

Senin, 14 Mei 2012

Tak Untuk Kembali, Lagi


Hatinya telah lelah. Terlalu banyak airmata yang membasahinya. Sudah terlalu lama ia berjalan tanpa arah. Seperti tak kenal waktu, ia terus menunggu tanpa ada kepastian. Hanya satu yang ia yakini, cinta.
Zaman sekarang sepertinya terlalu naïf jika ada hati yang masih menanti hati lainnya untuk sebuah ketidakpastian dikarenaka cinta. Siapa yang percaya akan cinta yang ditunggu? Ketidakpastian adalah kepastian. Begitu bukan?
Hatinya telah hancur, berkarat. Lama menanti bukan hal mudah. Apalagi ketidakpastian. Tapi mengapa cinta masih menyediakan kesediaan? Jahat? Ya. Pada diri sendiri. Dia bisa keluar dari sana, hanya dia terlalu takut. Takut jika hati yang tengah ia nanti, akan kembali saat ia telah pergi beberapa langkah.
Naïf sekali
Tapi entah. Angin apa yang kini menerpanya sampai ia telah berada pada perjalanan pergi dari penantian tanpa ujung itu. Meski baru beberapa langkah, meski matanya masih menyimpan luka, tapi semua yang melihat pasti paham betapa ia telah kuat, tegar, dan yakin bahwa betapapun ia diminta kembali, hatinya akan tetap melaju, tanpa bisa dihentikan.
Meski ia masih berjalan dengan langkah gontai, sesekali terjatuh. Tapi ia tetap melihat lurus kedepan. Tak lagi ia hiraukan rujukan untuk kembali. Ia yakin, di depan sana, ada yang telah lama menantinya juga. Atau bahkan mungkin sedang berjalan kearahnya.
“Waktu tak mengobati, ia membiasakan”
Tapi waktu juga memberikan pelajaran. Berhenti tak membuatnya menanti. Ketidakpastian bukan untuk dinanti, tapi dipastikan. Cinta bukan untuk dinanti, tapi diberikan. Melepaskan berarti telah lelah. Berhenti bukan berarti lelah, tapi telah usai.

Kunang-kunang terbang pada malam hari, agar kita tahu bahwa cahaya itu tetap ada dalam keadaan segelap apapun
Matahari tak bersinar setiap saat, agar hati ini bergetar hebat saat ia terbenam, dan merindu tak keruan saat malam menjelang fajar
Ketidakpastian hadir untuk menjadi kepastian, agar adanya kita tetap sigap
Melemah untuk kemudian tau sampai di mana letaknya menjadi kuat kembali
Langkah gontai bukan untuk dimanja dan berdiam, tapi untuk kembali diluruskan dan dikuatkan
Adamu bukan untukku, begitupun adaku bukan untuk menantimu
Hatiku seharusnya bukan untuk menanti hati yang tak pasti, tapi mencari yang juga mencariku

Sabtu, 12 Mei 2012

Jatuh Cinta


Entah sudah malam keberapa, kepalaku penuh sesak denganmu. Seperti selalu ada kamu, tingkahmu, celotehanmu, matamu, dan semua tentangmu, setiap saat, setiap malam, menetap.
Tak ada niatkah pergi dari sana? Aku beritahu ya, kepalaku bukan tempat bagus. Isinya rongsokan mimpi yang  diciptakan terlalu mengada-ada, lantas tak ada tindak lanjut, kemudian hanya berakhir mengenaskan di sana, di kepalaku.
Ah! Kamu bagian dari mereka.

Rasanya mencintaimu seperti anak kecil yang membuka kado pertamanya, tak sabaran dan bahagia.
Seperti anak kecil yang merengek untuk sebuah permen, berisik tapi penting.
Seperti anak kecil yang menarik baju ibunya, mengganggu tapi penuh makna.
Dan seperti anak kecil, cinta ini begitu manis, polos, tak pernah dewasa, namun membahagiakan dan penting.

Pernah berpikir betapa ada hati yang selalu mengharapkanmu menjadikannya kehidupan? Aku tidak.
Pernah berpikir ada airmata yang jatuh ketika khawatir dan doa menjadi satu untukmu? Aku tidak.
Pernah berpikir ada hati yang diam-diam berharap masuk kedalam hidupmu, dalam-dalam? Aku tidak.
Semuanya melekat padamu, semauku.

Mungkin kamu cintaku, tapi aku sedikitpun takkan jadi citamu
Hatiku menggelitik, genit, setiap kulihatmu bertingkah jenaka, lentik
Jika pria ingin diingatkan siapa dirinya melalui sentuhan wanitanya,
Wanita ingin satu hari nanti, jika lupa diri, bisa menemukan diri mereka, di mata prianya.

Selasa, 08 Mei 2012

Menjauh


Entah sudah malam ke berapa yang kulalui dengan namamu penuh sesak pada hati dan kepalaku. Seperti segala racau kacau tak lagi cukup menggambarkan kegundahanku. Membahasakan hening sebagai gelisah paling nyaring. Kamu di mana?
Sering wanita gundah dalam diamnya. Tak lagi tahu apa yang bisa ia bahasaka selain gelisah. Ia mencari dan berdoa dalam gundah. Apalagi yang kau sanksikan akan hatinya? Hati wanita yang tak keruan, berdoa dan mencari. Satu saat semua meluap, marah yang meletup, ungkapan kelegaan yang tak cukup. Mengetahui kau baik-baik saja. Cukup sekali.
Kepalaku sesak akan namamu. Hatiku sesak akan namamu. Tak jua kau temui di mana letak kecemburuanku? Jarak membuat semua hati gelisah. Jarak membuatku tak lagi kenal akal sehat. Atau cinta? Jarak butakan cinta. Atau cinta kalahkan jarak?
Jika semua mulai sesak memenuhi hati, kemudina terbahasakan oleh butiran bening dari mata ini. Rasanya ingin kembali pada masa di mana aku tak kenal kamu. Aku tak tahu siapa kamu.
Masa lalu yang sepertinya lebih senang kau singgung. Membuat senyumku tak lagi tersungging. Mungkin kamu tak peduli. Betapapun hati ini pilu, ngilu, nyeri membacanya. Panas.
Rasa yang katanya terbalas ini, bukan berarti akan memiliki harapan lebih bukan? Pergi untuk tak akan lagi kembali, menjauh untuk tak akan lagi mendekat, dan berbalik untuk tetap fokus pada pemulihan. Jaga diri baik-baik.
Pernah dengar kalau wanita tak suka diacuhkan? Laki-laki pun pasti. Pernah dengar bahwa wanita tak suka dibiarkan pergi? Common bullshit.

Berusaha menangkap bayangan melalu jarak yang membayang
Membiarkan cinta mengalir melalui mata, bening
Belajar mendoakan dalam hening, sebagai cinta yang paling nyaring
Berusaha tak peduli untuk hati yang telah mencuri
Jarak? Dia bisa kasih kamu apa?

Dari yang masih lekat pada linimasamu,
Untuk yang tetap tak terbahasakan dengan baik