Halo Ucid~
Sahabat yang tak terkalahkan oleh jarak, dan yang selalu ada
saat keadaan apapun hadir.
Boleh jujur? Ingin berterimakasih pada Ormuzd dan masa-masa
sulit yang hadir beberapa tahun silam. Semenjak itu, semuanya menjadi tak
terkira. Memang, kita tak pernah bertemu secara langsung lantas bertukar kisah
dan tawa, tapi toh kamu hafal betul bagaimana diriku.
Seberapapun sinisnya aku, hanya kecap manis serta sedikit rasa
cabai yang merekat di sana, yang kamu rasakan. Bukan begitu?
Terimakasih telah selalu menjadi hati dan telinga untukku. Telah
selalu menenangkan dan menyadarkanku. Pun telah selalu mengundang gelak tawa
lewat percakapan tak keruan di sms atau di ym. Semuanya sungguh tak terkira. Menghibur
dan mengagetkan.
Aku tahu aku orang paling cerewet dan menyebalkan. Tak bisa
berhenti cerita sampai hal paling tak penting. Berhenti berarti aku mulai
merasa tak enak akan sikapku padamu. Tapi kutau, kau selalu menyediakan mata,
telinga, dan hati untuk cerita-cerita dan celotehan konyolku. Terimakasih ya.
Semua ini kembali dimulai saat aku tetiba jatuh hati pada
sahabatmu nan jauh di sana. Seiring berjalannya penolakkan, waktu membiasakanku
untuk maju terus. Maju terus pantang mundur untuk melupakannya. Berhenti pada
persoalannya, kuharap kita masih bisa terus terus dan terus menjadi sahabat
tanpa ada jarak atau kesengganan menghalangi.
Belum ada orang yang bukan hanya mau diganggu siang malam, tapi
juga menembakku salah jika aku memang salah. Terimakasih untuk selalu menjadi
sahabat yang jujur, tanpa sedikitpun celah membelaku jika aku memang salah. Itu
kan yang orang butuhkan? Alarm dalam bentuk otomatis.
Pesanku, jangan pernah berubah dalam menyadarkanku, selalu siap
akan telinga, mata, dan hatimu yang akan terus kubanjiri dengan kisah-kisah
konyol dan keegoisanku, dan jangan ragu untuk menjadikanku tempat berkisah,
apapun itu, aku pasti siap!
Biasanya terselipkan
closing poet, tapi kali ini gue cuma ngasih closing statement:
Sahabat bukan yang
selalu bilang, “Oh iya he eh bener lo” tapi yang bisa dengan berani bilang, “Gak
lah, lo juga salah kalo kayak gitu”
Sahabat bukan yang
selalu ada di saat susah aja. Tapi juga yang selalu menjadi sebab akan tawa
serta airmata yang mengering
Sahabat gak
terpikir menghubungi saat lagi sempat aja, tapi kapanpun, saat ada cerita baru,
pasti terbersit, “Well, gue mesti cerita sama dia nih!”
Sahabat bukan yang cuma
sedia punggung untuk nangis, tapi juga yang sedia payung sebelum hujan. If you
know what I mean
Sahabat juga bukan
yang selalu mau didengar, tapi juga yang mau selalu mendengar
Sahabat gak cerita
tentang kualitas dirinya sendiri secara lisan, tapi dia bisa diam saat
mendengarkan sambil bercerita betapa berkualitas dirinya sebagai seorang
pendengar, sebagai seorang sahabat. – Adimas Immanuel