Halaman

Senin, 03 September 2012

Melepaskan

Entah apa yang masih kucari pada pasir dan sebuah ranting jelek yang sedaritadi kumainkan di sana. Seakan sedang menggali lubang kematianku sendiri

Senja yang muncul seakan menyilaukan. Menyiratkanku untuk tak lagi berharap padanya. Ini semua masih terlalu menyakitkan. Bahkan untuk sekadar bernafas.

Seharusnya, aku bisa seperti matahari itu. Tahu kapan harus jatuh. Tahu kapan harus naik. Dan ketika dirinya jatuh, lautan luas siap memeluknya, menenggelamkannya, dengan segala kehangatan dalam dinginnya malam.
Berlaripun tak cukup melelahkan. Bernafaspun tak cukup melegakan. Dan tidurpun tak cukup melelapkan. Semuanya hancur, tak terukur.

Katanya harapan boleh setinggi langit. Tapi apa? Langit itu menyakitkan. Awan-awan yang tampak selembut kapaspun ternyata hanya berisi petir-petir.

Sepertinya hidup terlalu mudah jika ditakar dengan keindahan. Pun terlalu sulit jika ditakar dengan kedengkian.

Saatnya melebur semua. Melepaskan segala angan dan harapan yang hampa. Sampah. Tampaknya, bernafas seperti ini rasanya lebih mudah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar