Halaman

Senin, 14 Mei 2012

Tak Untuk Kembali, Lagi


Hatinya telah lelah. Terlalu banyak airmata yang membasahinya. Sudah terlalu lama ia berjalan tanpa arah. Seperti tak kenal waktu, ia terus menunggu tanpa ada kepastian. Hanya satu yang ia yakini, cinta.
Zaman sekarang sepertinya terlalu naïf jika ada hati yang masih menanti hati lainnya untuk sebuah ketidakpastian dikarenaka cinta. Siapa yang percaya akan cinta yang ditunggu? Ketidakpastian adalah kepastian. Begitu bukan?
Hatinya telah hancur, berkarat. Lama menanti bukan hal mudah. Apalagi ketidakpastian. Tapi mengapa cinta masih menyediakan kesediaan? Jahat? Ya. Pada diri sendiri. Dia bisa keluar dari sana, hanya dia terlalu takut. Takut jika hati yang tengah ia nanti, akan kembali saat ia telah pergi beberapa langkah.
Naïf sekali
Tapi entah. Angin apa yang kini menerpanya sampai ia telah berada pada perjalanan pergi dari penantian tanpa ujung itu. Meski baru beberapa langkah, meski matanya masih menyimpan luka, tapi semua yang melihat pasti paham betapa ia telah kuat, tegar, dan yakin bahwa betapapun ia diminta kembali, hatinya akan tetap melaju, tanpa bisa dihentikan.
Meski ia masih berjalan dengan langkah gontai, sesekali terjatuh. Tapi ia tetap melihat lurus kedepan. Tak lagi ia hiraukan rujukan untuk kembali. Ia yakin, di depan sana, ada yang telah lama menantinya juga. Atau bahkan mungkin sedang berjalan kearahnya.
“Waktu tak mengobati, ia membiasakan”
Tapi waktu juga memberikan pelajaran. Berhenti tak membuatnya menanti. Ketidakpastian bukan untuk dinanti, tapi dipastikan. Cinta bukan untuk dinanti, tapi diberikan. Melepaskan berarti telah lelah. Berhenti bukan berarti lelah, tapi telah usai.

Kunang-kunang terbang pada malam hari, agar kita tahu bahwa cahaya itu tetap ada dalam keadaan segelap apapun
Matahari tak bersinar setiap saat, agar hati ini bergetar hebat saat ia terbenam, dan merindu tak keruan saat malam menjelang fajar
Ketidakpastian hadir untuk menjadi kepastian, agar adanya kita tetap sigap
Melemah untuk kemudian tau sampai di mana letaknya menjadi kuat kembali
Langkah gontai bukan untuk dimanja dan berdiam, tapi untuk kembali diluruskan dan dikuatkan
Adamu bukan untukku, begitupun adaku bukan untuk menantimu
Hatiku seharusnya bukan untuk menanti hati yang tak pasti, tapi mencari yang juga mencariku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar