Halaman

Minggu, 15 Januari 2012

Surat Harum


Dear Harum Aspari Ningrum
Halo Harum! Apakabarmu di Paramadina? Aku rindu loh!
Harum….
Ingat pertama kali kita ketemu dan akhirnya kenalan?
Ingat pertama kali kita ngobrol?
Ingat pertama kali kita tertawa bersama?
Aku lupa! Tapi aku rindu!
Harum….
Aku bingung mau bilang apa. Kamu itu sosok sahabat terbaikku selama aku berpijak pada bumi nan kumal ini. Kamu salah satu sosok idolaku selama mata ini menatap silau sang Matahari. Dan kamu masih tetap sosok sederhana yang tetap terlihat wah di mataku selama aku masih mengirup oksigen pada setiap detiknya.
Apa kamu tau betapa seringnya aku berucap, “Wah kesukaan Harum nih!” setiap kali melihat ketimun dan tomat? Aku tau kamu itu suka kalau sahabatmu ingat apa makanan kesukaanmu, makanya aku berusaha mengingatnya. Tapi entah kenapa, cuma ketimun dan tomat yang melekat padamu. Ramen dan dim sum juga. Iya kan?!
Harum….
Aku mau minta maaf. Maaf karena aku sering mengajakmu bergosip! Maaf karena aku sudah mulai sibuk dan jarang sekali ada untukmu, walau mungkin bukan hal besar jikapun aku ada untukmu pada masa airmatamu. Maaf karena aku tidak punya bahu yang baik untuk menopangmu. Maaf karena aku banyak cemburu pada sahabatmu yang lain, Rum.
Harum….
Terimakasih ya. Terimakasih telah mau bersahabat baik dengan orang macam ini. Terimakasih telah menjadi sahabat bercerita, berbagi, dan mengerti akan semua yang pernah kualami. Terimakasih setiap kata hangat yang kamu ucap disaat terdinginku. Dan terimakasih telah menjadi sosok yang apa adanya, sederhana, tapi sangat wah, aku belajar banyak darimu.
Masih ingat kalimat ini,
“Yaudah sih Nis, lo gak makan dari dia ini.”
Terimakasih juga untuk yang satu itu.
Aku senang saat kamu menganggapku selalu ada untukmu, dan ibu perimu saat itu,
“Ibu peri mana nih ibu peri.”
Harum….
Maaf jika aku terlalu sering ikut campur urusan airmatamu. Maaf jika aku banyak menanyakan hal yang membuatmu sedih. Itu semua hanya karena aku terlalu sayang padamu.
Kini….
Maukah kamu tetap jadi sahabat terbaikku? Maukah kamu tetap menjadi sahabat berbagi, bercerita, dan mengerti bersamaku? Dan maukah kamu tetap berjalan bersamaku saat dunia mulai mendiamkanku?
Dan kelak…
Kuharap kita bisa menua bersama. Membagi cerita tawa dan airmata bersama. Bercerita pengalaman pertama hamil, melahirkan, sampai bagaimana menanggapi cerita persahabatan anak-anak kita kelak. Bercerita bagaimana rasanya mulai ditumbuhi rambut putih. Kuharap kita bisa tetap saling menyapa, bercerita, tertawa, dan membantu disaat semua itu sudah terdengar usang termakan waktu.


Tertanda,
Annisa Fitrianda Putri
Sahabatmu yang kerap kali menjadi pengagummu.
Salam rindu, peluk, cium, sayang, dan cintaku, Rum.

#HariKetiga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar