Halaman

Kamis, 26 Januari 2012

Kemarin


Kemarin, aku duduk berdua dengan seseorang. Kamu tahu siapa? Aku yakin pasti kamu kaget! Gardio! Orang yang selama ini selalu menemaniku dalam mimpi, orang yang selama ini selalu menyapa pendengaranmu melalui pengharapan-pengharapanku, dan orang yang paling sering hadir pada banyak khayalanku.
Sahabatku, kamu tahu aku dan Gardio duduk bersama di mana? Di pantai!! Pantai adalah tempat favorit kita kan? Tempat di mana kita paling sering berbagi cerita, berbagi tawa, serta tangis. Tempat di mana kita paling ingin pergi saat menangis sudah tidak lagi cukup.
Dan kamu tahu kapan aku dan Gardio duduk bersama? Saat matahari terbenam! Kamu tahukan betapa indahnya matahari terbenam? Kamu tahu kan betapa aku sangat cinta pada semburat oranye di kala itu? Dan kamu pasti hafal sekali betapa aku sangat mencintai cara matahari menghilang dari padangan kita.
Bisa kamu bayangkan betapa indahnya menikmati matahari terbenam di pantai bersama Gardio? Rasanya aku ingin berlari mengelilingi dunia, memelukmu seerat mungkin, dan kembali berlari bersama. Sangat indah!
Senja itu, aku yang membuka pembicaraan kami.
“Gardio, angin apa yang membawa kamu ke sini?”
“Apapun itu, satu yang ingin kutemui sudah duduk di sampingku sekarang, Nisa.”
“Aku? Kamu bercanda?”
“Biar matahari itu kembali naik kalau aku bercanda.”
“….”
“Kamu sendiri, apa yang membawamu ke sini?”
“Kerinduan.”
“Sesederhana itu?”
“Iya. Aku rindu pada pantai, matahari tenggelam, dan semua kenangan yang masih menggenang di dalamnya.”
“Siapa?”
“Sahabatku…”
“Oh si cewek yang selalu mengekormu itu?”
“Aku yang mengekornya, Gardio!”
Begitulah sepenggal pembicaraan kami.
Senja itu seakan berjalan terlalu cepat untuk kunikmati. Seakan matahari sedang dikejar deadline sehingga menghilang terlalu cepat. Memecahkan semua kedinginan dan kerinduanku.
Sahabatku, kamu tahu betapa seringnya aku berkhayal? Kamu tahu betapa seringnya aku bercerita tanpa henti? Dan kamu pasti tahu betapa aku sangat mencintai Gardio.
Tapi kenapa? Kenapa dia justru hadir disaat kamu telah pergi jauh. Kenapa dia tidak hadir disaat kamu masih ada untuk selalu mendengar dan mengamini semua ceritaku. Kenapa?
Aku masih ingin bercerita histeris padamu. Aku masih ingin tertawa banyak denganmu. Dan cerita-ceritaku masih ingin diamini oleh bibir tipismu.
Sahabatku, jika aku memanggil namamu, akankah kamu ada lagi di sini? Di sampingku, memasang kuping dan hatimu, lalu bersiap kembali mengamini semua tutur baik yang terlontar dari bibirku? Kuharap iya.

Biarkan bintang kembali mengalung malam
Ombak kembali berdersir, menaikkan bulu kuduk
Ada kiranya kau mampir, lantas kita bersama duduk

Tertanda,
Nisa,
Sahabatmu, senjamu, pantaimu, dan kesayanganmu,
Salam rinduku, cintaku, pelukku, ciumku untukmu Sahabatku…


#HariKetigabelas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar