Halaman

Minggu, 15 Januari 2012

Halo Eyang Kakung

Dear Eyang Kakung….
Halo Eyang, apa kabarmu di sana?
Apa kau rindu padaku? Sudah pasti kau lebih merindukan Eyang Putri dan Mamah, ketimbang cucumu yang cengeng ini.
Ingat kapan terakhir kali kita bertatapan?
Ingat kapan terakhir kali kita bersentuhan?
Ingat kapan terakhir kali kita saling peluk?
Aku lupa, tapi masih sangat lekat bagaimana rasanya, dan aku rindu…
Apa Eyang ingat kapan pertama kali memanggil namaku?
Apa Eyang ingat kapan pertama kali menggendongku dan mendiamkanku dari tangisan?
Apa Eyang ingat kapan pertama kali menciumku dan mengaliriku dengan kasih sayang?
Aku lupa, tapi aku rindu…
Aku rindu semua tentangmu Eyang, kita tepatnya…
Aku rindu saat betapa seringnya aku bersandar pada dadamu kemudia tertidur…
Aku rindu saat sering kali kita bergurau…
Aku bukan cucu yang baik, aku bukan cucu yang menurut…
Aku hanya terlalu sayang padamu, lantas menjadi ekormu…
Melalui surat ini, aku hanya ingin menyampaikan bahwa betapa menyesalnya aku saat melewati semua masa sulitmu, Eyang…
Aku hanya ingin kau tahu bahwa betapa sangat menyesalnya aku selalu jalan terburu di depanmu hanya karena tak sabar akan langkahmu yang mulai menua…
Aku hanya ingin kau tahu bahwa betapa sangat menyesalnya aku yang selalu menghindari ciumanmu…
Sangat klise, aku hanya ingin semuanya kembali pada dekapan hangat kita, Eyang…
Aku ingin kembali saat aku menggantikan posisi kita, aku yang mendekapmu hangat lalu menciummu…
Aku ingin kembali menghirup wangimu pada pelukan kita, Eyang…
Aku rindu semua gerakanmu, bagaimana engkau berdoa, tidur, memakai baju…aku hafal…
Melalui surat ini, aku harap kau tahu betapa aku sangat merindumu…
Betapa aku sangat sayang, dan jatuh hati padamu, Eyang…
Aku yakin, pasti kita akan bertemu kembali, kalau sempat, beritahu aku kau ada pada nomor urut berapa ya, Eyang…
Agar saat tiba waktuku kembali dan berada satu tempat denganmu, aku bisa menerobos barisan, berlari ke arahmu, dan kembali mendekapmu…
Mencium pipimu…
Dan menghirup wangimu, Eyang…
Aku juga ingin sampaikan bahwa betapa Eyang Putri sangat rindu padamu, Eyang…
Eyang Putri kesepian, aku berusaha menemaninya, tapi engkau masih yang terbaik untuknya, Eyang…
Mamah, hampir setiap malam, Mamah memikirkanmu, merindukanmu…
Eyang, kami semua rindu padamu….
Eyang, satu hal lagi, aku juga sangat bangga mengaliri darahmu pada tubuhku…


Tertanda,
Annisa Fitrianda Putri
Cucumu yang selalu memasang seribu langkah di atas langkahmu yang mulai menua…
Salam peluk, cium, sayang, dan cintaku, Eyang Kakung….


2 komentar: