Aku lupa kapan terakhir kali aku merasakan
hangatnya. Hangat nafasnya, hangat kulitnya, hangat ucapannya, hangat
belaiannya. Aku lupa.
Aku lupa kapan terakhir kali merasakan kebahagiaan
yang tak terbendung sehingga airmata akhirnya berbicara.
Kini, di tengah ramainya nama Allah berkumandang
dengan indah di langit kota Jogjakarta, aku melangkah dengan gontai.
Aku takut. Takut ketika sampai di sana, aku tak kuat
menahan airmata ini. Takut jika beliau tahu bahwa aku tak sekuat yang dikiranya.
Di sana, dirinya berdiri di ambang pintu. Melihatku dengan
penuh kehangatan. Senyumnya adalah surga terindah untukku. Dan bibirnya
bergetar seakan dicambuk berkali-kali.
Tak kuasa, aku menangis.
Aku rindu.
Pada Ibu.
Kini, aku telah pulang. Pulang ke pelukannya. Kembali
merasakan hangatnya pelukan ini meski semilir angin menggerakkan dedaunan. Kembali
merasakan kulitnya yang mulai keriput tapi tetap menghangatkan. Kembali merasakan
belaiannya.
Sambil mendengar nama Allah tersebut begitu
agungnya, aku masih memeluknya, merindunya, mencintainya.
Aku pulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar