Halaman

Senin, 02 April 2012

Naif


Masih pada malam yang sama. Masih pada hati yang sama. Dan masil pada langkah yang sama. Seperti ada visual yang berulang-ulang pada pikiranku. Menayangkan betapa indahnya sorotan mata itu. Betapa manisnya kegugupan merias wajahmu saat mata kita bertabrakan.

Kaki ini kembali berhenti pada taman besar beratap bintang dan bertabur jutaan rahasia alam semesta. Ada kiranya kau hadir, duduk di sampingku, dan kembali menggetarkan hatiku. Ah sudahlah, kamu pasti sedang tertidur pulas pada kasur empuk di balik pintu kamarmu.

Kepalaku menengadah. Bukan. Bukan karena penasaran pada jutaan bintang di atas sana. Tapi sedang menahan airmata. Airmata yang terjatuh karena akhirnya mengetahui hal paling menyakitkan seumur hidupku, ternyata kamu sudah ada yang punya. Sudah ada hati yang beruntung yang bisa saling mengisi dengan hatimu.

Betapa malangnya aku. Aku yang baru beberapa hari bertemu denganmu, aku yang merasa aku lah satu-satunya yang membuatmu salah tingkah, dan aku yang berdiri di depanmu, tersenyum, dan mencari celah matamu berharap semua akan berakhir indah.

Tahun 2012 dan aku masih senaif itu. Kutundukkan kepalaku, tanda bahwa aku mengizinkan airmata ini keluar sesukanya. Seperti sudah tak peduli dengan semua yang akan memandangku penuh tanya atau bahkan menuduh. Biarkan apa kata mereka. Aku hanya ingin menangis sekencang-kencangnya.

“Menangislah selagi itu masih membuatmu lega dan lebih baik”

Harapan yang terbang tanpa sempat hadir, mengawang tanda takkan mampir
Mata yang kembali bersinar tanpa pendar, mungkin akan nanar jika senyummu pudar
Langkahmu kembali menggetarkan, ada kiranya pandangan kita saling tukar
Seginikah nyalimu menyala? Mataku masih menyelamimu, dalam-dalam
Malam ini, ada yang diam-diam berdoa agar masuk dalam kehidupanmu, dalam-dalam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar