Twitter.
Twitter brought happiness, and when
it’s getting annoyed, don’t blame it, Nis ~ Mursyid
I’m not blaming twitter, I blame
people in it ~ Me
Bukan. Bukan twitternya. Tapi kamu dan
semua kicaumu. Tapi aku dan semua gengsiku.
Aku benci pada setiap tulisanmu. Pada
setiap tulisanmu yang jahil. Pada setiap tulisanmu yang romantic. Aku benci
pada semua itu jika bukan aku penyebabnya. Aku benci menerka, lalu jatuh, dan
sakit tanpa sebab.
Entahlah.
Aku bisa menjadi begitu jatuh hati
pada tiap rangkaian huruf itu. Seakan semua menari, bercerita, dalam diam.
Seperti kita yang telah lama terdiam pada tempat yang sama. Aku tahu kamu ada
di sana. Memperhatikan, membaca, lalu meninggalkan tanpa jejak.
Rasanya ingin menuliskan namamu dengan
penuh perasaan, tapi jika tolakan yang hanya akan kudapatkan, untuk apa?
Pergilah kehatimu, di sana kamu pasti menemukan sebabku terdiam, merindu,
sakit, dan jatuh.
Memang, kita harus segera bertemu.
Bertemu untuk kuhafal wangi tubuhmu sejenak. Bertemu untuk kuhafal raut wajahmu
saat gelisah. Bertemu untuk menghafal sentuhan lembutmu saat aku dilanda
kepayahan. Dan bahkan mungkin bertemu untuk menyudahi semuanya
Cinta bisa patahkan jarak
Dia bisa terbangkanku tanpa gerak
Pun bisa buatku bungkam mendadak
Tapi satu yang dia tak bisa,
Buat kita bertemu dengan jarak yang membentang tanpa ampun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar