Halaman

Jumat, 23 Desember 2011

Mamah

Gue sayang sama nyokap. Gue cinta sama dia. Tapi gue bukan tipikal orang yang gampang bilang, "I love you, Mom." Atau, "Aku sayang Mamah." Bukan karena gue gak sayang sama Nyokap loh. Sayaaaaaaaang banget. Tiap hari nyium, meluk, kurang sayang apa coba? Cuma ya setiap mau ngomong itu, selalu ketahan, bukannya butiran kata indah itu yg keluar, malah butiran bening bernama airmata yang deras menetes.
Semenjak gue berganti seragam abu-abu jadi baju bebas, gue jadi semakin jarang ketemu Mamah. Semacam anak kos. Sampe rumah malem, mandi, makan, ngerjain tugas, tidur. Belum lagi hari Sabtu yang suka ada seminar. Terus kapan dong gue punya waktu untuk Mamah? Iya kan?
Semakin hari, gue semakin rindu akan pelukan beliau. Semakin hari,gue semakin rindu akan kecupan beliau. Semakin hari, gue semakin rindu akan kulit lembutnya. Omelannya, candaannya, ledekannya. Semuanya. Rambutnya mulai memutih, seperti kata A Erlan, rambutnya semakin memutih, begitu pula hatinya.
Semakin jarang gue ketemu beliau, gue jadi semakin pengen buat Mamah tau betapa gue sangat sayang dan rindu semua tentang beliau. Tapi setiap kali ngeluangin waktu untuk ngungkapin itu semua, bukannya berhasil, malah nangis. Airmata tampaknya bersahabat baik sama mata gue.
Gue pikir lagi, kenapa ini terjadi sama gue. Saat gue cerita sama A Surya, dia bilang, dia begitu mudahnya bilang sayang sama Mamanya. Tapi kenapa gue dianugerahi airmata ini setiap kata itu muncul di tenggorokan gue? Apa karena gue yang belum setulus A Surya menyayangi Mamanya? Terus, takaran atau definisi tulus sayang sama Mama itu kayak apa sih?
Gue rasa, itu salah. Seberapa orang mencintai orang lain itu gak bisa diukur dari gimana caranya dia mengungkapn rasa sayangnya.
Sejauh ini, yang bisa gue lakuin ya cuma nyium beliau sebanyak mungkin, memeluk beliau sebanyak yang masih gue bisa, dan menyayangi beliau sepenuh hati dan sepenuh hidup gue.
Rasanya waktu terlalu cepat berlalu,sementara itu momen yang tercipta diantara kami masih sangat minim. Gue egois, iya. Gue selalu pengen waktu nungguin gue, sampe gue bisa menghabiskan seluruh waktu gue sama Nyokap, baru deh dia ganti ke waktu yg lain. Bukannya semua manusia gitu ya? Cuma menyesali waktu. Terlalu bodoh, tapi gak bisa ditinggalkan.

Sekasar apapun telapak tanganmu, selalu terselip kelembutan di sana.
Serapuh apapun kakimu, selalu bisa menopangku.
Sejauh apapun kau melangkah, selalu akan kembali untuk menuntunku.
Selelah apapun bahumu menopang beban, hatimu takkan pernah lelah memaafkanku.
Matamu, tempat terdalam hatiku ingin tinggal.
Jemarimu, ruang di sana, adalah tempat yang paling ingin kukunjungi.
Bahumu, tempat paling ingin kukurangi beban di sana.
Tubuhmu, tempat paling ingin kupeluk.
Ibu, kau adalah tempat dimana aku ingin selalu kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar