Halaman

Senin, 14 September 2015

Kecoa

Malam ini ia datang lagi.
Laki-laki itu bertamu, dan aku tak ingin ia pergi.
Tawanya buatku terjaga hingga pagi.
Kisah dan kenang kami bagi.

Suatu hari, Ibu bertanya, seberapa jantankah dia?
Jangan terbuai jika hanya berbagi ceria.
Sudahkah kutahu apa yang ia takuti selain Tuhan?
Jangan saja terlena dengan gombalan akan terus bertahan.

Bukan Ibu namanya jika diam saja.
Sekali waktu ia teriak dari ruang beraroma tinja.
Kutahu pasti ia memancing lelakiku yang bersahaja.
Dengan langkah besar-besar, ia masuk seakan pahlawan berpakaian baja.


[]  Setelahnya, ada teriakan yang tak kalah kencang dari milik Ibu. Ibu bercerita, "Dia terpaku saat melihat si cokelat terjengkang. Tapi kamu seharusnya lihat ekspresi dia saat ada temannya yang terbang. Kamu kenal si Doni yang malamnya jadi Jeng Dian? Wajahnya kalah mengerikan jika dibandingkan dengan lelakimu! Mau ajak siapa lagi? Ibu masih banyak stok yang terjengkang dan yang akan terbang."


1 komentar: