Gulita membelitku bagai gurita. Langkah-langkah
gontai menjejaki malam yang makin terbantai. Sengal napasku terdengar bak
senapan angin. Jantungku berdebam kencang, jatuh pada lantai kehidupan. Malam yang
masih muda, merias diri dengan bulan dan bintang yang menor.
Kenangan masih asik berdiam diri pada
saung pikiran, mengusik. Sepertinya, semilir angin kesakitan bagao napas
kelegaan bagi mereka. Tidur tengkurap, gelinding kanan, gelinding kiri, tidur
menghadap langit. Kenangan begitu pandai mempermainkan pelataran hati.
Malam ini agaknya masih panjang,
melucuti gengsi agar kenangan asik telanjang.
Kemudian, tanpa sadar, pembekuk
airmataku kalah. Aliran airmata yang cukup deras ini tak mampu lagi ditahan
jalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar