Halaman

Kamis, 17 April 2014

Senja yang Kelelahan

Gelak tawa itu, entah bagaimana, menyesakkan. Teramat sangat.
Meski urung aku turut, namun hatiku tak mau menurut. Ia meringis, menangis.
Detik-detik itu berlalu lambat terlalu. Aku hanya ingin sakit ini tak melulu.
Bisa kupinjam sejenak tawa itu?
Bisa kupinjam sejenak tatapan itu?
Sejenak saja.
Sampai aku lupa,
Apa itu patah hati...

Banyak yang bilang, ada harga yang harus dibayar untuk sebuah pertemanan. Kali ini aku berdiri di halte bus, menantikan senja menarik malam. Hanya berdoa, agar gelapnya dapat sedikit mengaburkan sakit ini.

Bisakah, Kasih, kupinjam sejenak hati itu?
Agar setidaknya aku tahu, bagaimanaa itu dicintai...



Salemba, Februari, senja yang kelelahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar