Halaman

Senin, 30 Juli 2012

Masih Hidup


Langkahnya masih menyisakan jejak, setidaknya pada masa lalu kami. Oh ralat, aku. Langkah-langkah kecilnya pada kisah kami yang telah usang termakan waktu, namun masih rapih pada laci hatiku

Matamu yang sering kali mengerling genit kala kau temukan aku menekuk wajah seperti hendak memasang kuda-kuda akan menerkammu. Jemarimu yang senantiasa menyisir lembut rambutku seraya memanggilku sayang tanpa jeda. Dan lenganmu yang menjadi perpanjangan langit untuk setiap saat memelukku dalam keadaan apapun.

Kita pernah hidup pada genggaman jemarimu dan jemariku. Bahagia pernah tumbuh pada tawa yang kau sulut. Cemburu pernah membakar kita untuk kemudian kembali berpelukan dan saling memaafkan.

Semua hanya ada karena satu alasan. Cinta. Cinta yang kini masih hidup dan bernafas pada hariku. Cinta yang kini masih tersaji hangat pada meja kerjamu. Dan cinta yang masih sama seperti senja yang selalu indah namun tak pernah sama.

Aku kini berdiri mematung pada derasnya hujan yang menghujam. Di depanku terukir batu dengan nama yang selalu mengisi dan menyesaki kepala dan hatiku. Sudah tiga tahun lamanya kamu tidur, pergi, dan meninggalkanku. Tak pernah terbangun.

Hey, aku rindu sinar matamu yang cerahkan hariku. Dan sentuhan lembutmu yang bantu aku temukan diriku yang sedang hilang arah. Istirahatlah, tenangnya di pangkuan bumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar