Malam mencekam, suaraku tercekat.
Pandanganku kabur mengalur pada alun-alun braga
yang anggun.
Lapuk, lusuh, keriput, gelap, hitam, kelam...
Rayap berpesta memorak-morandakan kenangan kita.
Tak
adakah setitik kecil cahaya?
Sekadar sadarkan aku masih punya daya.
Tak adakah sebintik sinar?
Buatku tahu sedikit, aku masih punya binar.
Ada
senyum kecil yang masih kuingat,
Ada percik sinar yang masih memikat,
Meski masih bisa dihitung dengan jari, dan itu pun
tersisa,
Namun ada yang melekat,
entah bagaimana bisa.
Braga masih lapuk,
Hari sudah terang,
Hati belum mau tenang,
Ternyata bintang kecil itu tetap menyakitkan,
Malam saja sudah buatku sakit tak keruan,
Apalagi terang.
Dari yang mencintai Bintang,
Kepada yang menjadi Bintang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar